Selamat Datang Di Website OSIS SMA Negeri 3 Lumajang

Jumat, 28 September 2012

Makna Sebuah Pekerjaan

0 komentar
Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.
Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.

”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
sumber : http://iphincow.wordpress.com
Read more ►

Kamis, 27 September 2012

Peradilan Terbesar Dalam Sejarah

0 komentar


Sejarah mausia telah dilewati oleh peradilan-peradilan besar, tetapi ada satu peradilan terbesar yang diketahui oleh sejarah, yaitu peradilan yang terjadi di kota Samarkand.
Samarkand adalah sebuah kota besar, yang sekarang menjadi salah satu bagian dari Republik Rusia (salah satu Propinsi di Uzbekistan), dekat dengan Cina. Penduduk Samarkand kala itu memiliki pasukan yang kuat. Mereka adalah para penyembah berhala yang mereka buat sendiri dari bebatuan yang disemati dengan permata. Berhala-berhala itu ada pada kuil di puncak gunung. Dan kuil itu tergolong kuil khusus bagi para biarawan. Adapun selain mereka, maka mereka memiliki kuil-kuil kecil yang tersebar d tengah Samarkand.
Kala itu, yang menjadi khalifah adalah Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah , sedangkan panglima kaum muslimin adalah Qutaibah bin Muslim. Pasukannya adalah pasukan yang paling kuat di dunia, dan berita kekuatan pasukan tersebut telah sampai juga ke negeri Cina.
Pada tahun 87 H (705 M), pasukan kaum muslimin merangsek menuju Samarkand. Tatkala mereka telah sampai di tempat-tempat tinggi Samarkand, sang Panglima, Qutaibah bin Muslim memerintahkan pasukannya untuk bersembunyi di balik gunung agar penduduk Samarkand tidak melihat pasukan kaum muslimin lalu mempertahankan diri dari mereka. Kemudian kaum muslimin menyerang kota tersebut dengan seluruh batalyon pasukan dari balik gunung. Seakan-akan mereka adalah badai, karena kedahsyatan dan kecepatannya. Tiba-tiba saja mereka telah berada di tengah kota Samarkand, menundukkannya seraya bertakbir menyebut asma Allah. Maka penduduk Samarkand tidak memiliki kekuatan apapun kecuali harus menyerah total. Sementara para biarawan lari menuju kuil besar di puncak gunung, dan penduduk kota Samarkand bersembunyi di dalam rumah-rumah mereka. Mereka tidak keluar karena takut terhadap kaum muslimin, dan suasana pun dikuasai kaum muslimin.
Karena takutnya penduduk Samarkand terhadap pasukan penakluk tersebut, mereka menyuruh anak-anak kecil untuk mencari air dan makanan. Kaum muslimin tidak menghalangi mereka, bahkan mereka membantu anak-anak tersebut dengan membawakan air serta makanan, lalu anak-anak itu masuk ke dalam rumah-rumah keluarganya dengan penuh kegembiraan seraya membawa makanan dan air.
Mulailah ketentraman dan ketenangan masuk ke dalam hati penduduk kota. Tidak beberapa lama setelah itu, penduduk Samarkand kembali kepada tempat-tempat niaga, pertanian, dan milik mereka. Keberadaan semua itu seperti semula, tidak berkurang sedikitpun. Kemudian mulailah kehidupan normal berjalan antara kaum muslimin dan penduduk Samarkand dengan perniagaan. Mereka mendapati bahwa kaum muslimin adalah orang-orang yang terpercaya dalam niaga, tidak berdusta, tidak menipu dan tidak berbuat zhalim. Kekaguman itu semakin bertambah dengan adanya perselisihan antara dua orang, satu dari penduduk Samarkand dan yang lain dari kaum muslimin. Ketika keduanya pergi ke Qodhi (hakim), maka Qodhi itu pun memenangkan kasus itu untuk orang Samarkand.
Lalu sampailah berita tersebut ke para rahib yang lari dan bersembunyi di kuil. Lalu mereka berkata,’Jika Qodhi mereka adil, maka pastilah khalifah mereka itu juga adil.’ Maka mereka mengutus salah seorang dari mereka untuk pergi menghadap khalifah kaum muslimin, Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah , lalu mengabarkan kepada beliau tentang apa yang terjadi terhadap mereka karena pasukan kaum muslimin.
Lalu pergilah utusan mereka, seorang pemuda, hingga sampai di Damaskus dengan dada penuh rasa ketakutan. Saat dia melihat sebuah istana besar, dia berkata dalam hatinya,’Sesungguhnya ini adalah istana pemimpin mereka.’ Akan tetapi saat dia melihat manusia masuk dan keluar tanpa penghalang dan pengawasan, dia terdorong untuk masuk, lalu dia pun masuk sementara dia tidak tahu bahwa tengah memasuki masjid Umawi yang disemati batu-batu mulia, dan hiasan-hiasan keIslaman, dan tempat-tempat adzan yang menjulang. Kemudian dia mendapati manusia ruku’ dan sujud, lalu dia perhatikan tempat yang indah tersebut, dimana dia lihat kaum muslimin berbaris lurus dan rapi. Dia tercengang, bagaimana jumlah besar ini berbaris dengan begitu cepatnya?
Setelah kaum muslimin selesai shalat, dia berdiri, lalu menuju salah seorang muslim dan bertanya tentang istana Khalifah, ‘Di mana pemimpin kalian.’ Sang muslim menjawab, ‘Dia tadi yang shalat mengimami manusia, tidakkah kamu melihatnya?’
Dia menjawab,’Tidak.’
Muslim itu berkata,’Bukankah Engkau tadi shalat bersama kami?’
Dia menjawab,’Apa itu shalat?’
Muslim itu bertanya,’Bukankah Engkau seorang muslim?’
Dia menjawab,’Tidak’
Muslim itu tersenyum kemudian bertanya lagi,’Apa agamamu?’
Dia menjawab,’Agamanya para dukun Samarkand.’
Muslim itu bertanya,’Apa agama mereka?’
Dia menjawab,’Mereka menyembah patung.’
Muslim itu berkata,’Kami kaum muslimin menyembah Allah ‘azza wa jalla, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.’
Orang muslim itu memberikan arah rumah Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang mukmin). Lalu pemuda itu pergi menurut arahan tersebut. Dia mendapati sebuah rumah kuno dari tanah. Dan dia dapati ada seorang laki-laki di sisi tembok tengah memperbaiki temboknya, sementara bajunya penuh dengan kotoran tanah. Maka dia kembali kepada orang muslim tadi di masjid seraya berkata,’Apakah kamu mengejekku (mempermainkanku)? Aku bertanya kepadamu tentang pemimpin kalian, lalu kamu kirim aku kepada seorang fakir yang tengah memperbaiki tembok rumah?!’
Maka seorang muslim itu berdiri bersama pemuda tersebut hingga sampai ke rumah Khalifah Umar bin ‘Abdil ‘Aziz, Amirul Mukminin. Lalu orang muslim itu memberikan isyarat,’Dialah sang pemimpin yang tengah memperbaiki tembok.’ Maka pemuda itu berkata,’Janganlah kamu mempermainkan aku dua kali.’
Berkatalah orang muslim itu,’Demi Allah, dialah Khalifah.’
Kagetlah sang pemuda, seraya teringat dukun-dukunnya yang sombong terhadap manusia. Di saat dia terheran-heran sambil mengamati, datanglah seorang wanita bersama putranya. Wanita itu meminta kepada Amirul Mukminin untuk menambah jatah pemberian kepadanya dari baitul mal kaum muslimin, karena anaknya banyak. Di saat wanita itu berbicara, anaknya bertengkar dengan anak Amirul Mukminin karena suatu mainan. Lalu anaknya memukul kepala anak Amirul Mukminin, hingga darahpun mengalir dari kepalanya. Lantas istri Amirul Mukminin cepat-cepat mengambil putranya sambil berteriak keras kepada wanita tersebut. Maka wanita itu ketakutan karena perbuatan putra kecilnya terhadap putra Amirul Mukminin.
Kemudian Amar bin ‘Abdil ‘Aziz masuk ke dalam rumah, lalu membalut kepala putranya, kemudian keluar menemui wanita itu seraya menenangkannya dari ketakutan, lalu mengambil mainan dari putranya dan memberikannya kepada anak wanita tersebut. Kemudian dia berkata,’Pergilah kepada bendahara, katakana kepadanya agar dia menaikkan pemberian kepadamu.’ Maka istri Amirul Mukminin berkata,’Putramu telah terpukul, kemudian engkau menaikkan harta jatah untuknya serta member hadiah mainan kepada putranya?’ Umar bin ‘Abdil ‘Aziz menjawab,’Engkau telah membuatnya takut, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,’Siapa yang membuat seorang muslim ketakutan, maka Allah akan membuatnya ketakutan pada hari kiamat…’ Kemudian dia melanjutkan pembenahan tembok.
Pemuda Samarkand tersebut melihat pemandangan itu dengan sangat terheran-heran. Di sinilah dia berani untuk maju dengan langkah pelan menuju Umar bin ‘Abdil ‘Aziz seraya berkata ,’Anda pemimpin kaum muslimin?’
Sang Amir menjawab,’Ya, apa keperluanmu?’
Dia berkata,’Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku terzhalimi.’
Sang Amir pun berkata,’Atas siapa kamu mengadukan perkara.’
Dia menjawab,’Atas Qutaibah bin Muslim.’
Maka Sang Amir tahu bahwa itu bukan pengaduan antara dua orang.
Maka pemuda utusan itu meneruskan pengaduannya,’Paara dukun Samarkand telah mengutusku, dan mereka mengabarkan kepadaku bahwa di antara kebiasaan kalian adalah ketika kalian ingin membuka negeri manapun, kalian akan memberikan kepada mereka tiga pilihan, kalian ajak mereka kepada Islam, atau membayar jizyah, atau perang.’
Sang Khalifah menjawab,’Ya dan termasuk hak negeri itu adalah memilih satu di antara tiga pilihan tersebut.’
Pemuda itu berkata keheranan,’Dan bukan termasuk hak kalian untuk memutuskan (sepihak), mengagetkan, dan menyerang?!’
Sang Khalifah menjawab,’Ya, Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintah kami demikian, dan Rasul kami telah melarang kami dari kezhaliman.’
Pemuda itu berkata,’Adapun Qutaibah bin Muslim tidak melakukannya, bahkan dia dan pasukannya telah mengagetkan kami.’
Tatkala sang khalifah mendengar hal itu, dia tidak mengeluarkan perintah apapun. Bukan termasuk kebiasaannya mendengar hanya dari satu pihak. Dia harus meyakinkan hal itu.
Dia pun mengeluarkan satu kertas kecil, lalu menulis dua baris kalimat, kemudian menutup dan menyetempelnya, lalu berkata kepada pemuda itu, ‘Kirimkan ini kepada Gubernur Samarkand, dia akan mengangkat kezhaliman dari dirimu.’
Pemuda itupun pergi dari Damaskus menuju Samarkand, dengan melintasi jarak jauh tersebut melalui padang pasir dan gunung-gunung, dengan berkata,’Kertas, apa yang bisa dia lakukan di hadapan pasukan kaum muslimin?’ Saat dia sampai di Samarkand, dia beritakan apa yang terjadi kepada dukun. Maka mereka pun berkata kepadanya,’Berikan kertas itu kepada Gubernur.’ Maka pemuda itu memberikannya kepada gubernur. Guberbur merasa aneh dan heran dengan surat itu. Akan tetapi dia mengenal stempel Amirul Mukminin, maka dia pun meyakinkan dirinya bahwa surat itu benar dari Khalifah, kemudian membukanya. Dan ternyata yang tertulis di dalamnya adalah:
‘Dari Amirul Mukminin kepada Gubernur Samarkand. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu. Angkatlah seorang hakim yang akan memberikan peradilan antara dukun Samarkand dan Qutaibah bin Muslim, dan jadilah kamu mengganti kedudukan Qutaibah.’
Maksud dari “jadilah kamu mengganti kedudukan Qutaibah” adalah janganlah mengganggu Qutaibah yang sibuk melakukan penaklukan ke beberapa negeri. Dia sudah cukup sibuk, karena itu wakililah dia.
Gubernur mengangkat seorang hakim dengan cepat. Akan tetapi sang hakim bersikeras untuk menghadirkan Qutaibah karena perhatiannya terhadap keadilan, serta kekhawatirannya, bahwa ada perkara samar atas gubernur yang tidak mengetahuinya kecuali Qutaibah. Maka dia menentukan janji hingga Qutaibah bisa hadir.
Kala itu Panglima Qutaibah bin Muslim telah menyelesaikan perjalanannya, dan telah dekat dengan Cina untuk menaklukkannya. Kemudian datanglah perintah hakim, maka dia kembali setelah menempuh perjalanan panjang. Saat para dukun itu mengetahui kedatangan Qutaibah, mereka mulai mengucurkan keringat. Sebelum Qutaibah masuk masjid yang di dalamnya akan diadakan peradilan, dia letakkan pedangnya dan menanggalkan sandalnya, kemudian berjalan menuju depan hakim, lalu sang hakim berkata.’Duduklah kamu di sisi penuntutmu.’
Peradilan pun di mulai:
Pembesar dukun berdiri seraya berkata,’Sesungguhnya Qutaibah bin Muslim masuk ke negeri kami tanpa peringatan. Seluruh negeri telah dia beri peringatan dan pilihan, dakwah kepada Islam, atau membayar jizyah, atau perang, kecuali kami, dia menyerang kami tanpa peringatan.’
Maka hakim menoleh kepada Panglima Penakluk, Qutaibah bin Muslim seaya berkata,’Apa bantahanmu atas pengaduan ini?’
Berkatalah Qutaibah,’Mudah-mudahan Allah memperbaiki urusan sang hakim. Peperangan itu adalah tipu daya, negeri ini adalah negeri yang besar. Seluruh negeri sebelumnya melawan, mereka tidak ridha dengan jizyah dan tidak ridha dengan Islam. Seandainya kami memerangi mereka setelah peringatan, maka mereka akan membunuh kami lebih banyak dari apa yang kami bunuh di tengah mereka. Dan alhamdulilah, dengan cara mengagetkan ini, kami telah melindungi kaum muslimin dari bahaya besar, sebagaimana juga akan menjadi mudah bagi kami untuk menaklukkan negeri-negeri setelahnya. Jika kami mengagetkan mereka, maka sesungguhnya kami telah menyelamatkan mereka dan memasukkan mereka ke dalam keselamatan.’
Sang hakim berkata,’Wahai Qutaibah, apakah kamu telah mengajak mereka kepada Islam atau jizyah atau perang?’
Qutaibah menjawab,’Tidak, bahkan kami mengagetkan mereka karena bahaya besar mereka.’
Berkatalah sang hakim,’Wahai Qutaibah, aku telah memutuskan, dan atasnya peradilan selesai. Wahai Qutaibah, tidaklah Allah subhanahu wa ta’ala menolong umat ini kecuali denga agama, menjauhi pengkhianatan, dan menegakkan keadilan. Demi Allah, tidaklah kita keluar dari rumah-rumah kita kecuali karena berjihad di jalan Allah. Kita tidak keluar untuk menguasai bumi, dan menipu negeri kemudian berjaya di dalamnya tanpa hak.’
Kemudian sang hakim memutuskan perkara,’Aku memutuskan agar seluruh pasukan kaum muslimin keluar dari negeri ini, dan mengembalikannya kepada penduduknya, serta memberikan mereka kesempatan untuk bersiap-siap perang, kemudian memberikan mereka pilihan antara Islam, jizyah dan perang. Jika mereka memilih perang, maka perang. Dan hendaknya seluruh kaum muslimin semuanya keluar dari Samarkand dengan berjalan kaki sebagaimana mereka memasukinya (yaitu tanpa hasil perniagaan) dan menyerahkan kota ini kepada penduduknya. Yang demikian itu demi melaksanakan syariat Allah subhanahu wa ta’ala dan sunnah Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam .’
Mulailah kaum muslimin keluar dari kota tersebut, bahkan sang hakim pun berdiri dan keluar di hadapan pandangan para dukun.
Para dukun tidak mempercayai perkara tersebut, dan mereka merasa seakan-akan tengah berada dalam mimpi. Para penduduk Samarkand melihat kaum muslimin keluar dari kota hingga kota sunyi dari kaum muslimin semuanya.
Maka pemuda utusan para dukun itu berakata,’Demi Allah, agama mereka benar-benar agama yang hak. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’
Tidak lama setelah itu para dukun pun membaca kalimat syahadat (masuk Islam), kemudian seluruh penduduk Samarkand pun masuk Islam dan meminta kepada kaum muslimin untuk kembali ke kota seraya mengatakan,’Kalian adalah saudara-saudara kami.’
Itulah kisah peradilan terbesar yang diketahui oleh sejarah masa lalu dan masa sekarang. Itu adalah satu lembar dari sekian banyak lembaran sejarah keIslaman kita yang membuktikan keadilan Islam dalam segala situasi, baik terhadap sesama muslim maupun kepada selain muslim. Itu adalah satu gambaran dari banyak gambaran keadilan Islam yang hilang dan dihilangkan dari kemanusiaan.
Jika ini adalah perlakuan kami terhadap selain ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) maka bagaimana pula perlakuan kami terhadap ahli kitab yang Allah ?????? ?????? memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mereka?! Jika ini adalah perlakuan kami kepada orang-orang yang tidak boleh menikahinya, dan memakan sembelihan mereka, lalu bagaimana perlakuan kami kepada orang yang halal wanitanya dan sembelihannya? Sesungguhnya keadilan Islam, dan toleransinya telah disembunyikan oleh gereja-gereja dan para pendeta, kemudian mereka menggambarkan Islam kepada para pengikutnya bahwa Islam adalah agama zhalim, garang, bengis, kejam, lagi buas. Akan tetapi dengan sedikit akal dan obyektifitas, manusia akan sampai kepada hakikat sebenarnya, apapun agamanya. (AR) [*]
Sumber: 
-Syaikh Ali Thanthawi, Qashah Min al-Tarikh; Qisshah Qadhiyyah Samarkand
-Khutbah “Samahatul Islam” oleh Syaikh Muhammad Hassan -dll
Ditulis oleh: Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi, Majalah Qiblati edisi 09 tahun V
Read more ►

Selasa, 25 September 2012

Belajar dari kesalahan

0 komentar


“Belajarlah anda melakukan sesuatu, ada kemungkinan anda mebuat suatu kesalahan. Bila anda membuat kesalahan itu, adalah hal yang hebat! Karena anda berkesempatan belajar sesuatu. Akui kesalahan anda, teliti dan pelajari secara mendalam. Jawablah kesalahan anda tersebut. Kesalahan adalah guru yang luar biasa. Dengan mengenal apa yang salah, anda bisa dibantu untuk menemukan apa yang benar…”
Suatu hari, Tom Watson pendiri IBM, adalah seorang yang tahu persis nilai sebuah kesalahan. Suatu saat, seorang pegawai membuat kesalahan besar yang merugikan IBM jutaan dollar.
Pegawai itupun dipanggil ke ruang kantor. Setelah menghadap, pegawai itu berkata, “Anda pasti menghendaki saya mengundurkan diri.”
Watson menjawab, “Anda pasti bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik anda.”
Read more ►

Senin, 24 September 2012

Anak Kecil Yang Takut Neraka

0 komentar


Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai. Ketika dia sedang berjalan-jalan, dia melihat seorang anak kecil sedang mengambil air wudhu sambil menangis.
Tatkala lelaki tua itu melihat anak kecil menangis, dia pun berkata, “Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?”
Maka anak kecil itu menjawab, “Wahai kakek, saya telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an hingga sampai  pada ayat yang berbunyi. “Yaaayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum”yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu sekalian.”Saya menangis karena takut akan dimasukkan api neraka”
Lalu orang tua itu berkata, “Wahai anak kecil, janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka”
Berkata anak kecil itu, “Wahai kakek, kakek adalah orang berakal, tidakkah kakek melihat jikalau orang menyalakan api, maka yang pertama sekali yang mereka letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar terlebih dahulu sebelum orang dewasa.”
Berkata orang tua itu, sambil menangis, “Sesungguhnya anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa, maka bagaimanakah keadaan kami nanti?”-wiseman/(Euis)
Read more ►

Jumat, 21 September 2012

Gagak, Ayah, dan Anak

0 komentar


Pada suatu petang, seorang tua bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk santai dihalaman sambil memperhatikan suasana disekitarnya. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap diranting pohon, tepat didepan si ayah dan si anak. Si ayah lalu menunjukkan jarinya kearah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”jawab si anak.
Si ayah ,mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian si ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak mengira ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu ia menjawab dengan sedikit kuat, “Itu burung gagak, ayah!”
Tetapi si ayah kemudian bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Ternyata dugaan si anak bahwa ayahnya kurang mendengar keliru. Ia mulai pusing dengan pertanyaan ayahnya yang sama dan selalu diulang-ulang. Karena sedikit agak dongkol si anak menjawab lagi dengan nada lebih tinggi. “Burung gagak!!”
Si ayah langsung diam seketika. Namun tidak lama kemudian si ayah mengajukan kembali pertanyaan serupa hingga membuat si anak hilang kesabarannya. Lalu ia menjawab pertanyaan ayahnya dengan nada membentak “gagak ayah…”
Tetapi si anak  bertambah heran dan terkejut karena ayahnya kembali membuka mulut dan lagi-lagi bertanya soal yang sama. Kali ini si anak benar-benar hilang kesabarannya, ia marah dan berkata, “Ayah!!! Saya tidak tahu apakah ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya masalah yang sama dan saya sudah memberikan jawabannya. Apalagi yang ayah ingin dengar dari mulut saya? Itu burung gagak, burung gagak..”kata si anak dengan nada sangat marah.
Si ayah lalu bangun dan berjalan ke dalam rumah meninggalkan anaknya. Beberapa saat kemudian, si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu ditangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya.
“Buku diary lama, coba kamu baca apa yang pernah ayah tulis didalam diary itu,”pinta si ayah. Si anak pun kemudian membaca buku diary yang diberikan ayahnya.
“Hari ini, aku dihalaman duduk santai dengan anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap dipohon, tepat didepan kami. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab, “Burung gagak”
Tetapi anakku terus bertanya dengan pertanyaan yang sama dan akupun selalu menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sama. Sehingga sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangku kepadanya, aku terus menjawabnya untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap ini akan menjadi pendidikan yang berharga.”
Setelah selesai membaca diary ayahnya, si anak mengangkat wajahnya dan memandang paras ayahnya yang terlihat sayu.
Si ayah dengan suara pelan bersuara, “Hari ini, ayah baru bertanya kepadamu 5 soal yang sama, tetapi kau telah hilang kesabaran, bahkan marah.”-wiseman/(Euis)
Read more ►

Kamis, 20 September 2012

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

0 komentar

Ada sebuah kaum yang biasa disebut “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Tahukah kalian? Mereka sebenarnya ada, bukan hanya karena pengabdian mereka terhadap sesuatu, tapi juga karena mereka telah mendapat pengakuan dari orang lain. Pahlawan yang mengabdikan dirinya  tapi tidak mengharapkan imbalan, itu tidak akan pernah ada jika tidak ada yang pernah mau bersaksi akannya. Dari sini dapat disimpulkan, ada banyak orang yang berkorban demi orang lain tanpa mengharap imbalan, tapi sangat sedikit diantaranya yang mendapat julukan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.

Satu hal lagi. Belum tentu orang yang kalian nommor terakhirkan, yang sering kalian abaikan dan terlupa, tidak memiliki kesan baik untuk sebuah ORGANISASI. Mereka bisa melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan disaat-saat yang mungkin sangat terjepit untuk anggota ORGANISASI lainnya yang merasa diri mereka telah aktif dan sangat berjasa tapi suka meremehkan anggota lain yang pasif. Orang pasif itu, bukan berarti mereka malas. Bisa jadi mereka punya pikiran yang rasionalnya lebih tinggi dari kita. Tapi kenapa mereka hanya diam? Suasana, karakter, dan perlakuan. Suasana yang menegangkan dan dirasa tidak bersahabat baginya, dapat memicu tekanan batin hingga ia diliputi rasa takut apabila ia menyampaikan pendapatnya mengenai beberapa hal. Selain itu, suasana yang tidak dirasanya masuk akal, akan membuatnya malas berpendapat dan “diam”. Karakter juga bisa jadi memicukan emosi alamiah dari si”pasif” untuk tidak menganggu sebuah rapat penting hanya karena pendapatnya yang ia anggap tidak logis dan tidak begitu penting. Karakter anggota-anggota lainna yang terlalu kaku juga bisa membuatnya minder dan kalut untuk berpikir hingga ia, meski terlihat memerhatikan, pikirannya terkadang malah merenung. Terakhir, perlakuan. Ini yang menjadi kunci awal dari tumbuhnya kepercayaan diri. Ini tergantung dari perlakuan para anggota terhadapnya. Jika ia tidak terlalu mendapat perhatian diluar rapat, maka ia keminderannya akan membuatnya tertahan untuk mengeluarkan pendapat.

Terkadang kita sering bertanya, apa yang sebaiknya aku lakukan untuk organisasi ini? Kita harus berusaha mencarinya dari hati, mempelajarinya dan mendalami itu dengan sungguh-sungguh. Dikala tantangan dalam mewujudkan pendapat hati kita mengenai organisasi ini sangat berat, tidak ada salahnya jika kita membuka diri untuk cari solusi dengan teman-teman organisasi yang tepat. Tindakan yang salah dari seorang pemimpin dalam mengontrolkan dirinya pada orang-orang seperti itulah yang membuat organisasi jatuh secara perlahan. Pemimpin, semua para Pemimpin dimanapun kalian berada. “Hargailah kerja sekecil apapun dari bawahanmu dan tetaplah tersenyum kepada mereka meskipun pekerjaan itu malah merusak keadaan. Memang hasilnya kecut, tapi kita bisa menjadikannya pelajaran. Pantangan lainnya adalah, jangan pernah sekali-sekali MELUPAKAN satu saja anggotamu! Itu akan menyakitkan hati mereka”. Sekian/(Euis).

Read more ►
 

Copyright © OSIS SMA Negeri 3 Lumajang Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger