Apa kabar para manusia yang baru-baru ini atau bisa dibilang
baru saja bertobat atau, belum sama sekali menyentuh kata “tobat”. Terbilang
dalam proses? Entahlah. Semoga kalian diberi limpahan yang berkah olehNya, ya? Secara
pribadi, aku tahu kalian yang sedang atau masih proses atau yang belum
menyentuh tobat, adalah korban bujuk rayu setan. Dan sayangnya, karena
lingkungan kalian, atau entah apalah yang mendorong kalian, mungkin parah
banget terinfeksi virus iblisnya, hingga kalian benar-benar lunglai dan pada
akhirnya membawa kalian menerobos liang neraka. Saatnya setan se-kerajaan
mengucapkan Selamat Datang dengan penuh suka cita yang tentu saja sapaan manis
memuakkan itu teruntuk kalian, kerabat baru mereka. Congrats, buddies.
Neraka. Yang belum pernah menginjakkan kakinya masih
meraba-raba bagaimana isi keseluruhannya, huh? Tapi sebagian besar orang-orang
yang “men-cap”-diri sebagai cendekiawan di bidang seperti ini, mungkin telah
memberitahukan kepada orang-orang awam yang belum menyentuh sama sekali tanah
neraka, dengan mengungkapkan beberapa kata-kata yang sebenarnya melarang kita
untuk mendekat, malah terlalu berlebihan hingga seolah olah mereka pernah mengalaminya
sendiri, sampai sebagian orang “nekat” untuk mendekatinya karena penasaran. Dan,
pada akhirnya mereka juga tak luput untuk ikut iring-iringan setan yang
akan mengadakan pesta besar penyambutan peserta didik baru di neraka mereka. Ckckck.
Contoh mirisnya adalah, para “cendekiawan” itu meremehkan
masa depan orang-orang neraka.
“Lihat. Masa depan apa yang akan diraih mereka? Mungkinkah mereka
akan sukses?”nadanya seolah-olah menaklukan hati para penghuni neraka. Seolah-olah
mereka tidak punya impian disana. Memang benar. Tapi, siapa tahu, ada jalan
lain didasar menjijikkan neraka dunia, yang justru membawa mereka kedasar surga
yang paling indah. Who know I say?
Peraturan diciptakan untuk dilarang. Ada pepatah seperti
itu, entah siapa pencetusnya. Berterimakasihlah kepadanya karena ia menyadarkan
seluruh umat manusia jika peraturan dibuat karena ada seseorang atau lebih yang
membuat onar hingga beberapa pasal penyegel kegilaan mereka dapat tercetak
menjadi sebuah UU atau penegak hukum tertulis lainnya. Kalian patut
berterimakasih juga kepada para penjahat yang membuat aturan ini dibuat,
terutama para polisi, okey? Jadi, meskipun penjahat yang kau hadapi, dia juga
punya nurani, sebenarnya. Jaga sikap dan tentu saja jangan kasari mereka. Siapa
tahu suatu saat mereka bisa menjadi atasanmu dibidang lainnya. I beg for that. Tanpa
peraturan yang dibuat karena ulah mereka, kalian tak akan pernah mendapat
pekerjaan.
Yang diatas adalah sisi penafsiran penghuni neraka. Dan yang
terjadi, mereka cukup menikmati neraka. Mereka anggap neraka adalah sebuah club
yang wajib mendunia karena guncangannya yang menggetarkan, dan kebebasannya tak
terbatas seperti yang kalian bayangkan. Bebas itu, menurut mereka, penghuni
neraka, adalah berfoya-foya, lepas dari masalah, dan menekan dalam-dalam
tekanan batin memberatkan dengan sekali hentak. Dan mereka rela lakukan cara
apapun untuk itu, I’m right?
Narkoba, free sex, dan bermacam-macam hal yang akan membuat
para orang awam tercengang dengan sikap mereka, adalah hal hebat yang entah
terpaksa, atau tidak, sengaja atau tidak, bagi mereka. Mencuri, berjudi, utang
besar, memperkosa, semua adalah pelatihan dasar yang akan menyeleksi mereka
untuk menjadi pengganti tahta raja di neraka. Sisi buruknya cukup berlimpah. Salah
satunya yaitu orang-orang yang berprofesi sebagai pencuri, akan memiliki cukup
banyak saingan setiap detiknya. Jadi, pikirkanlah pekerjaan selain mencuri yang
memiliki daya saing rendah, sekaligus yang membuat kalian, para pencuri,
merangkak setinggi mungkin yang kalian bisa untuk mencapai pucuk liang dan
kembali ke dunia asal kalian, promise? Sisi baiknya juga ada rupanya. Para polisi
akan lembur banyak kalau begitu, dan tentu saja mendapat bayaran tambahan,
kalau bisa. Fight for the police.
Pernahkah kalian membayangkan jika nantinya yang menjadi
raja di neraka adalah manusia, bukan seorang iblis sang legenda? Never I think
about.
Pertanyaannya adalah, kenapa mereka selalu berusaha untuk
melakukan kejahatan lagi dan lagi?
Cukup banyak faktornya kurasa. Aku tak terlalu paham karena
aku sendiri belum terjun langsung ke neraka untuk mensurveinya. You know what? Aku
menulis artikel ini karena aku mengintip dengan penuh kegugupan luar biasa
kedalam pintu neraka yang tak akan terbuka untuk orang-orang yang ingin
memusnahkan segala kebahagiaan bejat mereka. Dan, sekitar 0,01% saja yang
kudapat. Aku bukan seorang reporter dan hanya seorang pelajar. Mungkin jika aku
punya kartu press saja aku bisa memasukki neraka dan mewancarai mereka
satu-persatu. Tapi itu konyol.
Yang pertama, mungkin karena mereka menganggap hal itu
adalah salah satu pemuas hasrat mereka. Mereka terkucilkan entah karena suatu
hal atau apa. Disaat mereka serasa dunia sangat kecil baginya, ia bertemu
dengan pengawal setan yang tak sengaja bertemu dengannya dan menawarkan bantuan
untuk memuaskan nafsu kesendiriannya itu. That would be great. Neraka bertambah
satu orang lagi.
Kedua, karena mereka mau tak mau terjerumus karena terjebak
dari awal. Dan pada akhirnya, tidak ada penyesalan sama sekali setelah
memasukinya. Lingkungan adalah kerangka api yang melilitnya untuk menerobos
liang neraka yang makin lama makin ramai. Sayangnya, lilitan ini terkadang
semakin kuat dan pada akhirnya akan membawamu ketitik akhir neraka. The death. Itulah
yang akan menghampirimu. Itu sejenis tiket gratis untuk pergi ke neraka
sesungguhnya dan tak akan pernah ada celah untuk kembali But, Good job for you,
stupid man. That’s your dream, huh? The real hell is coming. Satu lagi. Teman satu-satunya
adalah penyesalan, you know? Something I hate about. Penyesalan selalu menghina
appaun yang kulakukan setelah sesuatu terjadi.
Yang aku tahu, terakhir, mungkin karena dampak psikologis. Keluarga
yang nge-drugs, lingkungan yang mendukung, waw.. itu sebuah tiket ekspress
untuk menikmati hiburan neraka secepat yang kau bisa. As fast as rocket. Sayangnya,
beberapa diantara mereka gampang sekali untuk cepat bosan. Hingga setelah tiket
digunakan, saat ia berada ditengah-tengah neraka, ia memutuskan untuk merangkak
diam-diam meninggalkan tempat membosankannya itu. Entah menembus ruang bawah
tanah neraka, atau malah memilih terbang dengan kekuatan mereka yang tersisa. Tentu
saja tenaga mereka akan terkuras habis. Penghuni neraka lainnya pasti sangat
sedih untuk ditinggali oleh mereka, yes or not? Jadi mereka sebisa mungkin
untuk mengerahkan kemampuan mereka agar tak ada satu pun yang meninggalkan
tempat “indah” ini. Hei. Ingat pesanku. Apapun yang terjadi manusia tetap
memiliki sayap. Hei yang benar saja. Kalian menggapai impian kalian yang
setinggi itu dengan apa jika tidak terbang, hello? Pergunakan dengan baik,
okey?
Kisah tragisnya adalah, kesan orang awam kepada mereka yang
baru menjadi mantan penghuni neraka. Susah payah mereka menerobos
kerumunan penghuni neraka dengan usaha berat
hingga nyaw menjadi taruh, bukan sambutan yang mereka dapatkan, malah cacian
dan hinaan. Sampai rasanya mereka merindukan sambutan tulus para setan dineraka
hingga yang tak kuat menanggungnya sampai suatu titik, tidak segan segan untuk
terjun bebas di liang neraka. Tapi yang lain, ada usaha untuk repair their
heart. Mereka tak sungkan untuk membeli mesin cuci hati guna memutihkan hati
mereka minimal seperti sebelum masuk neraka.
Dan yang tak bisa aku bayangkan adalah, mengapa orang-orang
awam yang mudah terpengaruh itu terlalu melebih-lebihkan mantan penghuni
neraka? Memang sebagian ada yang tidak. Tapi aku tidak membiacarakan yang
tidak, jadi abaikan sejenak. Hei, sadarkah kalian? Orang-orang awam seolah
memerhatikan mantan penghuni layaknya memerhatikan sampah yang tak berhak untuk
dipungut. Dibiarkan? Oh baiklah itu menyakitkan untuk para penghuni. Bahkan,
ketika para penghuni melakukan sebuah pelanggaran wajar seperti membuang sampah
sembarangan, rasanya mereka seperti kerasukan roh jahat hingga makiannya
terdengar disudut hati para mantan penghuni.
Orang-orang awam yang bertingkah seperti yang kusebutkan, miris sekali
kalian. Bahkan ini yang paling menyedihkan. Kalian adalah para penghuni semu
yang justru lebih berbahaya. Kalian adalah penghuni neraka yang tanpa
sepengetahuan kalian, para setan mendaftarkan nama kalian sebagai penghuni
baru. Tanpa adanya pemulihan sikap, kalian akan terus terjebak didalamnya,
hingga arus sungai dilembah mereka membawa kalian menuju dasar neraka yang
muram, dan menyedihkan.(euis)
NB : Jangan menggurui mereka dengan kebaikan-kebaikan wajar
yang anak dibawah umur pun tahu itu kebaikan sehari-hari. Tapi, belajarlah
lewat mereka tentang apa yang telah mereka alami di neraka. Dengan begitu, tak aka
ada yang dilebih-lebihkan seperti kata “cendekiawan”, bukan? Kalian dengan
sendirinya akan menjauh dari liangnya.